Universitas Timor (Unimor) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) dan Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Timor Tengah Utara (TTU) melalukan kegiatan panen simbolis kacang merah lokal Eban yang dilakukan di Desa Saenam, Kecamatan Miomaffo Barat, Kabupaten TTU, Sabtu lalu (28/09/2024).

Kegiatan panen ini merupakan capaian kolaborasi antara LPPM Unimor  dan Bapelitbangda  TTU dalam melakukan penelitian pertanian berbasis teknologi pemupukan dan pestisida organik terhadap produktifitas hasil tanaman kacang merah lokal Eban.

Ketua Pusat Studi Lahan Kering (PSLK) Unimor, Dr. Nikolas Nik, S.P., M.Si., dalam sambutan mengatakan bahwa tanaman kacang merah merupakan salah satu komoditi unggulan di Desa Saenam khususnya dan Kecamatan Miomaffo barat pada umumnya, serta tidak asing lagi karena sudah turun temurun, dari waktu ke waktu sudah dilakukan penanaman.                                                                                                                                                                  

“Beberapa hal yang dapat kami informasikan bahwa kacang merah lokal ini ada beberapa jenis yaitu tipe tegak warna merah, tipe tegak biji besar dan tipe tegak biji kecil. Tipe tegak warna merah itu tipe menjalar. Ada yang tipe menjalar warna putih, tipe menjalar warna hitam dan tipe menjalar warna loreng-loreng. Jadi paling kurang ada enam sampai dengan tujuh jenis. Dari beberapa jenis yang ada, tipe tegak biasanya berumur pendek. Jadi kemarin kita melakukan penanaman pada tanggal 5 bulan Juli, paling kurang umur dua bulan kita sudah panen. Sedangkan tipe menjalar biasanya berumur lebih panjang, kurang lebih tiga bulan” jelasnya.

Dari beberapa jenis yang ada, kami kemudian menggali informasi, ternyata tipe tegak biji besar ini yang biasanya ditanam oleh petani atau masyarakat. Informasi lainnya bahwa tanaman kacang merah tipe tegak biji besar, hasilnya jauh lebih bagus dibanding yang lainnya. Sehingga atas dasar itu, kami juga mencoba menggali informasi apakah selama ini petani menanam menggunakan perlakuan-perlakuan seperti pemupukan atau pemberian pestisida atau tidak. Kemudian atas informasi itu, ada yang mengatakan bahwa kebanyakan atau rata-rata petani tidak melakukan itu. Kemudian untuk waktu penanaman yang dilakukan petani disini, biasanya sekitar bulan April sampai dengan bulan Mei.

“Kemarin kami mencoba melakukan penanaman di bulan Juli, yang nota bene bahwa kalau dilakukan penanaman di bulan Juli, kemungkinan gagal. Ternyata di bulan Juli, hasilnya jauh lebih bagus dibanding dengan petani yang menanam di bulan Juli. Tetapi mungkin presentase kegagalan cukup tinggi dibanding dengan yang kita lakukan. Artinya kita bisa manfaatkan teknologi yang ada untuk melakukan penanaman di bulan Juli dengan penerapan Teknologi Pemupukan dan Pestisida Organik pada kacang merah lokal Eban ini,”ungkapnya.

“Setelah pemanenan ini, hasil lebih lanjut nanti kami analisis secara ilmiah intuk mendapatkan hasil yang sesungguhnya, kira-kira perlakuan mana yang akan memberikan produktivitas yang paling tinggi. Mungkin nanti di bulan November , kami akan melakukan seminar kecil tdi tingkat Bapelitbangda, dan kita akan mengundang perwakilan-perwakilan dari kepala desa, perangkat desa, bapak ibu ketua kelompok tani, termasuk utusan dari perwakilan masyarakat, para penyulih dari dinas terkait. Mudah-mudahan kita bisa melihat, kira-kira model atau perlakuan mana yang memberikan hasil yang signifikan,”lanjutnya.

 Nikolas berharap, hasil penelitian ini tidak hanya lepas disini. Tetapi untuk kedepan, pihak universitas, pihak Bapelitbangda melakukan tindaklanjut dari penelitian ini, yakni semacam kegiatan pendampingan kepada para petani di Kecamatan Miomaffo Barat.

“Sebagian besar wilayah Miomaffo Barat ini bisa kita kembangkan tanaman kacang merah lokal. Dan harapan kita ke depan, mudah-mudahan kacang merah lokal ini  sesuai dengan hasil penelitian, bisa kita koordinasikan ke dinas terkait untuk dirilis menjadi suatu varietas unggul melalui kajian-kajian lebih lanjut,”ujar Nikolas di akhir sambutan.

Kepala Bapelitbangda TTU, Salvatore G.A.M Lake, S.E., dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa wilayah Desa Saenam khususnya dan Miomaffo Barat pada umumnya punya potensi dan prospek yang bagus untuk sektor pertanian khususnya kacang merah.

Menurutnya, pemerintah daerah melihat ini sebagai satu potensi yang perlu di kembangkan lantaran wilayah Desa Saenam sangat cocok untuk pengembangan kacang merah lokal dan holtikultura lainnya. Tentunya pemilihan kacang merah sebagai produk unggulan yang harus dikembangkan perlu pelibatan teman-teman akademisi yang punya kompetensi dibidang penelitian. Penelitian ini juga sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat untuk merubah mindset masyarakat yang semulanya menanam sekali dalam setahun menjadi dua hingga tiga kali dalam setahun.

“Saya punya keinginan, suatu waktu, daerah ini menjadi suplayer pangan dan hasil pertanian untuk Kabupaten TTU. Dan ini bisa kita wujudkan karena kondisi alamnya sangat mendukung. Tinggal bagaimana kemudian lewat teman-teman di Unimor yang punya kompetensi dan keahlian pada bidang pertanian melakukan rekayasa, baik secara teknologi dan lain-lain untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas sektor pertanian 13 desa di Kecamatan Miomaffo Barat. Ini harus diintervensi semua, karena disini sangat cocok untuk sektor pertanian dan perkebunan,”ujarnya.

Di Bapelitbangda, ada satu bidang yaitu bidang penelitian yang satu atau dua bulan lagi akan berubah menjadi bidang riset dan inovasi daerah. Kami tidak punya kompetensi untuk melakukan riset, tetapi kami punya Unimor yang berdiri di kabupaten kita, sehingga kita manfaatkan kualitas sumber daya manusia yang ada disana untuk kita bersama-sama membangun masyarakat kita dari berbagai sektor.

“Dan kebetulan di Miomaffo Barat, pertanian merupakan sektor yang paling utama. Di sini potensinya cukup banyak. Dan kita harapkan bahwa pengembangan di sektor pertanian ini tidak terputus, tidak hanya kita lakukan karna musim, misalnya kita berharap iklim. Kita akan terus lewat rekayasa-rekayasa teknologi dan lain-lain sehingga kita terus berproduksi, atau hasil pertanian ini tidak hanya dari proses menanam sekali dalam setahun, tetapi dari hasil rekayasa teknologi pertanian, kita bisa berproduksi setahun tiga kali, dan tentunya ini bermanfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan,”lanjutnya,

Pemerintah tentunya akan terus berupaya membangun kerjasama dengan bapak mama petani di desa lewat petugas penyuluh dari Dinas Pertanian. Bapelitbangda juga akan terus bekerja sama dengan LPPM Unimor untuk pengembangan sektor pertanian, baik pertanian lahan basah maupun lahan kering.

“Kita akan terus berusaha untuk meningkatkan produktivitas di semua varietas tanaman pertanian yang ada di Kabupaten TTU karena mayoritas penduduk TTU dalah bertani. Mata pencaharian kita hampir 60 sampai dengan 70 persen adalah petani, dan sumbangsih terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kita paling tinggi dari petani. Kita harapkan bahwa setelah ini, teman-teman dari Dinas Pertanian dan LPPM terus mendampingi untuk kelanjutan program ini,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Saenam, Fransiskus Nofu menyampaikan terimakasih kepada pihak LPPM Unimor dan Bapelitbangda TTU yang telah memberikan edukasi kepada masyarakat Desa Saenam terkait pemgembangan dan budidaya kacang merah lokal eban melalui kolaborasi penelitian di bidang pertanian.

“Ini baik sekali untuk kami di Desa Saenam, karena kami di sini pengalaman untuk menanam, tetapi untuk ilmunya kami masih kurang. Jadi ini suatu hal yang baik. Mungkin pengalaman kami, biasanya menanam di bulan April atau Mei,”ungkapnya.

Tetapi kemudian dengan adanya penelitian ini kita menanam di bulan Juli. Pengalaman kami disini, kalau menanam di bulan Juli, hampir dipastikan gagal. Kemarin kita coba tanam bersama tim dari Unimor dengan ilmunya, hasil yang ada ini sangat luar biasa.

“Ini merupakan pengalaman yang baik, adik-adik mahasiswa juga banyak memberikan informasi mengenai ilmu yang diterapkan disini. Mudah-mudahan kedepan mungkin lebih baik lagi untuk peningkatan produktivitas dan produksi kacang merah lokal Eban,” katanya di akhir sambutan.

Turut hadir pada panen simbolis kacang merah ini, Dekan FapertaSainkes, Eduardus Yosef Neonbeni, S.P., M.P., Ketua LPPM Dr. Aloisius Loka Son, S.Pd., M.Pd., Camat Miomaffo Barat Yasintus Naben, S.Ip, para Kabid di Bapelitbangda dan Dinas Pertanian TTU, tim peneliti, mahasiswa serta anggota kelompok tani dan masyarakat Desa Saenam.