Tanaman kacang merah Lokal Timor Tengah Utara (TTU) merupakan salah satu komoditi leguminoceae yang sudah lama dibudiyakan oleh masyarakat TTU khususnya di Kecamatan Miomafo Barat.

Terdapat kurang lebih 7 jenis kultivar kacang merah lokal teridentifikasi yang ditanam oleh petani; berdasarkam warna kulit ari pada bijinya ada yang berwarna merah, merah hitam, putih. Tanaman kacang merah merupakan salah satu jenis kacang buncis dengan tipe pertumbuhan tegak.

Masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya petani di TTU menyebutnya “fue ‘mtasa” dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat berupa biji. Bijinya memiliki kandungan nurtrisi yang tinggi. Selain bijinya dikonsumsi oleh manusia , bagian batang dan daun dijadikan sebagai pakan ternak untuk sapi dan kambing.

Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) sendiri memiliki banyak potensi pangan lokal diantaranya dari jenis kacang-kacangan. Kacang-kacangan lokal merupakan alternatif sumber protein nabati yang murah dan terjangkau oleh masyarakat.

Potensi kacang – kacangan tersebut belum sepenuhnya tergali, salah satunya adalah kacang merah (Phaseolus vulgaris, L.). Kacang merah memilki nilai jual cukup tinggi karena memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama protein.

Produksi kacang merah di TTU berfluktuasi dari tahun ke tahun, data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa produksi kacang merah di TTU pada tahun 2008 adalah 135 ton sementara pada tahun 2009 menurun menjadi 40 ton dan tahun 2010 menjadi 30 ton (BPS, 2011).

Menurut hasil komunikasi dengan petani di Desa Saenam (2024), menyatakan bahwa penanaman kacang merah local Eban seluas 100 m2 dapat menghasilkan 5 kg sehingga dalam 1 Ha menghasilkan 500 kg (0,5 t/Ha).

Penurunan hasil tersebut diduga karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman sangat terbatas, perubahan iklim khususnya curah hujan atau pertumbuhan awal tanaman yang mendapat gangguan serangan hama dan penyakit. Usaha pemberian nutrisi melalui pemupukan dan berbagai cara perlu dilakukan untuk memperbaiki proses pertumbuhan dan produksi sangat dibutuhkan petani.

Penurunan hasil mengakibatkan ketersediannya dipasaran lokal rendah, diikuti kebutuhan oleh konsumen yang tinggi, menyebabkan harganya relative tinggi. Hal lain yang menghambat peningkatan produksi tanaman kacang merah adalah masyarakat di sekitar dataran menengah berasumsi bahwa tanaman kacang merah hanya dapat dibudidayakan pada dataran tinggi yang berhawa sejuk.

Namun demikian pada hasil riset melaporkan bahwa tanaman ini masih dapat tumbuh pada ketinggian antara 500-600 m dpl dengan curah hujan yang baik untuk tanaman kacang merah adalah 1.500 – 2.500 mm/tahun. Oleh karenanya budidaya kacang merah di dataran dengan ketinggian menengah seperti sekitar kefamenanu diduga dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan produksinya.

Pemanfaatan teknologi tepat guna seperti pemupukan dan pemberian biochar adalah salah satu solusi yang tepat, guna meningkatkan produksi tanaman kacang merah di dataran menengah.

Pertumbuhan tanaman yang baik memerlukan unsur hara yang cukup selama pertumbuhan sejak perkecambahan sampai menjelang panen. Ketersediaan hara yang cukup dan seimbang bagi tanaman memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik sehingga memberikan hasil yang baik pula.

Pada hasil pengujian vigor dan viabilitas kacang merah lokal Eban menunjukkan bahwa kacang merah lokal Eban memiliki vigor dan viabilitas yang tinggi, ditandai dengan potensi tumbuh naksimum sebesar 100%, daya berkecambah 78.67%, indeks vigor 24%, kecepatan tumbuh 17.81%/etmal dan berat kering kecambah normal 6.82 g.

Vigor benih mewakili kemampuan benih untuk menghasilkan kecambah normal pada kondisi lapang yang bervariasi, yang diukur dengan indeks vigor, kecepatan tumbuh dan berat kering kecambah normal.

Viabilitas benih menunjukkan daya hidup benih, aktif secara metabolis dan memiliki enzim untuk perkecambahan, yang diukur dengan potensi tumbuh maksimum dan daya berkecambah.

Pada hasil penelitian Uji kualitas dan kuantitas DNA diketahui nilai kemurnian paling tinggi adalah kuktivar Kacang Merah merambat dengan kemurnian sebesar 1,168 µg/ml . dengan konsentrasi 23,7 ng/uL. Sedangkan kemurnian paling rendah adalah kacang merah biji besar dengan nilai kemurnian 1,138 µg/ml dengan konsentrasi 26,3 ng/uL.

Dari hasil analisis Marka SSR menunjukah bahwa dari tiga jenis kacang merah besar, kecil dan merambat memiliki keanekaragaman yang tinggi. Rekomendasi dari Riset ini adalah kacang merah lokal Eban merupakan komoditi unggulan yang layak dikembangkan guna meningkatkan ekonomi petani. Upaya pengembangan baik secara extensifikasi dan intensifikasi sangat diperlukan untuk memperoleh benih unggul dan spesifikasi keadaan agro ekologi wilayah lahan kering.

Hasil Riset Penelitian Konsorsium Antara Bapelitbangda Kabupaten Timor Tengah Utara Dengan Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Universitas Timor.

Tim peneliti terdiri dari :

1. Dr. Nikolas nik, S.P., M.Si

2. Yakobus Edvent Agu, S.Pd.,M.Sc

3. Asep Ikhsan Gumelar, S.P., M.P

4. Anna Tefa, S.P., M.Si

5. Aloysius Rusae, S.P., M.Si

Penulis               : Tim Peneliti

Editor                  : Orgenes Lim

Foto                      : Dok. Orgenes Lim